Ada banyak metode dan sarana yg bisa digunakan agar belajar menjadi asyik. Diantaranya adalah mengerjakan beragam worksheet yang full colour dan menarik, atau menggunakan printabel yang lucu dan sesuai dengan usia anak.
Menjalani pilihan homeschooling memang membuat kami (khususnya saya) harus kreatif dan inovatif dalam menyuguhkan materi-materi pelajaran. Meskipun beberapa kali mengalami, stuck, mati gaya, kehilangan ide, atau apapun namanya itu, learning is must go on 😂😂😂.
Untunglah ada sesuatu yang bernama internet, yang sangat menolong dan membantu saya yang agak-agak gimana gitu kalau mau buat worksheet di laptop. 😂😂😂
Nah beberapa web berikut ini menjadi tempat saya mendownload aneka printabel, worksheet, ataupun flash card untuk bahan belajar kami.
1. Education.com
Saya sangat suka dengan worksheet dari sini, karena selain berwarna temanya sangat cocok untuk usia prasekolah. Ada beberapa pelajaran yang disediakan disini, yaitu matematika, reading, dan writing.
Untuk bisa masuk ke webnya silahkan masukkan email ya.
2. Mrprintable.com
Disini worksheet yang tersedia juga beragam untuk rentang usia 3- 12 tahun . Selain worksheet juga ada beberapa flash card yang bisa didownload. Tentu saja gratis. 😁😁
3. Worksheetfun.com
Untuk pelajaran matematika disini sangat lengkap dan jenis soal sangat bervariasi. Kakak Aira juga senang mengerjakan worksheet dari sini. Kami paling banyak mendownload worksheet matematika dari sini.
4. LittleWorksheets.com
Disini juga tersedia banyak pilihan. Beberapa mapel seperti matematika, sains, reading, ada disini.
5. Rumahbunda.com
Kalau cari yang versi bahasa Indonesia, disini tempatnya. Isinya sangat cocok untuk usia 2-8 tahun.
6. Ecosystemforkids.com
Untuk pelajaran sains kami banyak mengambil materi dari web ini. Fullcolor dan menarik. Meskipun disajikan dalam bahasa Inggris, kakak bisa menyelesaikan dengan diberikan sedikit clue.
7. Themeasuredmom.com
Untuk flashcard usia prasekolah kami ambil dari sini, seperti abjad, benda, dll.
Nah, itu dia beberapa web tempat kami mendownload penunjang pembelajaran kami secara gratis. Biasanya web tertentu hanya minta alamat email orangtua. Selamat berburu materi pendamping belajar anak.
Semoga bermanfaat
Rabu, 07 Maret 2018
Minggu, 04 Maret 2018
Musim Buah di Kampung Halaman
Akhir pekan lalu kami habiskan di kampung halaman suami Sinjai. Kebetulan ada hari Jum'at tanggal merah, jadi longg weekend...
Agenda pulang kampung kali ini, tak lain dan tak bukan adalah menjelajah isi kebun di Mannanti, kecamatan yang terkenal sebagai penghasil buah-buahan.
Jumat pagi kami sudah bersiap, bawa beberapa karung, seplastik kresek, dan tentunya bawa bekal buat makan siang di tengah kebun di bawah pohon rambutan. Waah, ngebayangin saja sudah bikin bahagia, apalagi kalau sudah direalisasikan.
Perjalanan dari Tondong ke Mannanti memakan waktu sekitar 60-70 menit. Tapi lamanya perjalanan gak begitu terasa, karena sepanjang jalan mata dimanjakan dengan juntaian buah rambutan yang beraneka ragam dan warna.
Tak ketinggalan juga pohon rambutan yang buahnya sudah mulai merayu-rayu. Sesekali kebun buah naga juga muncul, dan tak hanya itu, banyak rumah yang menjadikan pohon buah Naga ini menjadi pagar. Sayang, sepertinya masa panen buah naga sudah lewat karena sudah tidak kelihatan lagi buahnya yang merah muda keunguan itu.
Pukul 10.05 kami tiba di kebun. Turun dari mobil kami langsung berkerumun di bawah pohon rambutan, dan meraih buah2 yang rendah. Setelah dapat pinjaman penjolok dari tetangga kebun, kami mulai memetik. Tak puas mengandalkan penjolok yang tidak mampu menjangkau buah2 yang tinggi, ponakan akhirnya manjat dan mulai menjilati dari dahan yang lebih dekat dengan buah-buahnya.
Ditingkahi suara riuh Aira, Rofi dan sepupunya yang berlarian memungut buah rambutan, saya sibuk memasukkan buah2 yg sudah dikumpulkan ke dalam karung yg sudah disiapkan dari rumah.
Setelah karung-karung itu menggendut karena telah penuh, kami beranjak ke rumah salah satu kerabat yang dekat dari situ.
Sampai disana, kami akhirnya buka bekal (padahal nikmat kalau buka bekal dikebun), mandi, dan kaum pria bersiap untuk ke masjid melaksanakan shalat Jum'at.
Selesai makan, sholat, dan istirahat sejenak, kami lanjutkan perjalanan ke rumah salah satu teman abi. Disana kami dijamu dengan sajian makan siang ala kampung (Lawa dan Tunu bale) yang membuat diri ini tak mampu menolak, hahaha..
Pulang dari sana kami diberikan buah tangan rambutan dan buah naga.
Matahari pun semakin tergelincir ke arah barat, kami pamit dan pulang ke rumah. Perjalanan pulang tidak secepat perjalan datang tadi, Karen muatan yang bertambah berkali-kali lipat. Alhamdulillah aneka buah-buahan memenuhi kursi belakang mobil yg kami bawa. Ada rambutan, durian, sirsak, manggis, buah naga, pepaya.
Alhamdulillah...
Sepertinya gak lama lagi kami akan planning pulang kampung kembali mengulang kejayaan ini.
Hahaha...
Kamu Mantan Siapa?
A : "Kamu mantanmu yang mana, yang baju garis-garis itu ya?"
B : "Bukan itu, yang baju merah"
A : "Pacaran mako lagi sama dia"
Saya tertegun sesaat, ditengah riuh rendah suara pengunjung kolam pagi tadi saat mendengar percakapan itu.
Bukan hanya karena tema yang tidak biasa, tapi juga karena mereka masih anak-anak. Kalau saya tebak mereka sekitar kelas 3 atau 4 SD.
Hah.. anak SD?
Iya Bu, anak SD sekarang bahasannya bukan "kamu mau main apa?" Tapi sudah melonjak drastis menjadi "kamu mantannya siapa?"
Dan itu terjadi di sekeliling kita, disekitar kita, dekat sekali dari rumah kita, dari lingkungan kita.
Pergaulan bebas alias pacaran sudah bukan barang tabu di masyarakat. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan 'keren'. Bukan hanya diperkotaan, tetapi juga di pedalaman, desa-desa yang kita anggap masih terpencil, semua sudah terjamah teknologi salah sasaran. Tak jarang saat saya pulang ke kampung halaman mendengar kabar miris bahwa si Fulan marriage by accident.
Betapa sering kita melihat berita di tv tentang pemerkosaan, pencabulan anak dibawah umur, dan aneka kejahatan seksual lainnya yang sungguh ngeri membayangkan. Kejadian itu semakin dekat dengan kita. Jangan sampai kita terlena dengan hal-hal duniawi dan melupakan tugas utama kita yang sesungguhnya.
Ayo Bu..
Bangun...
Sadar Bu...
Handphone dan TV menurut saya salah dua sebab yang menjadikan generasi muda kita lemah secara psikis. Fungsi kedua benda tersebut telah bergeser. Olehnya itu, tugas kita sebagai orangtuanya agar jeli melihat kondisi. Jangan biarkan anak terlalu memiliki privasi dengan kedua benda itu. Bukan berarti memutuskan hubungan dengan TV dan Hp ya, akan tetapi memahamkan anak tentang menggunakan Hp dan TV sesuai fungsinya.
Jangan biarkan anak kita begitu dini terpapar hp dengan dalih menonton video edukasi. Atau membiarkan anak menonton TV tanpa kontrol.
Mulai luangkan waktu untuk bermain. Sebab permainan terbaik yang dilakukan oleh anak adalah bermain dengan orangtuanya. Melalui permainan pun kita bisa menyisipkan nilai-nilai, tata cara pergaulan, dan cara menjaga diri dari kerasnya pergaulan di dunia luar.
Mari kita jaga anak-anak kita. Perkuat pondasi dari rumah sebelum dilepaskan ke lingkungan luar. Perkuat bonding ayah dan ibu, pererat hubungan kekeluargaan.
Ayah dekatkan ke anak perempuan agar sang anak tak mudah tergoda bujuk rayunya lelaki. Sedangkan Ibu dekat ke anak lelaki, agar sang anak tahu cara menghargai perempuan.
Rumah memang tempat terbaik untuk melindungi anak, namun mereka tak selamanya berada di rumah. Ayah dan ibu ambillah kembali peran-peran yang pernah diserahkan kepada nenek, kakek, pengasuh, day care, play group, TK, bahkan sekolah. Mereka hanyalah sarana penunjang, bukan yang utama.
Sebab di akhirat kelak, yang akan ditanya adalah kita, orangtua mereka.
B : "Bukan itu, yang baju merah"
A : "Pacaran mako lagi sama dia"
Saya tertegun sesaat, ditengah riuh rendah suara pengunjung kolam pagi tadi saat mendengar percakapan itu.
Bukan hanya karena tema yang tidak biasa, tapi juga karena mereka masih anak-anak. Kalau saya tebak mereka sekitar kelas 3 atau 4 SD.
Hah.. anak SD?
Iya Bu, anak SD sekarang bahasannya bukan "kamu mau main apa?" Tapi sudah melonjak drastis menjadi "kamu mantannya siapa?"
Dan itu terjadi di sekeliling kita, disekitar kita, dekat sekali dari rumah kita, dari lingkungan kita.
Pergaulan bebas alias pacaran sudah bukan barang tabu di masyarakat. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan 'keren'. Bukan hanya diperkotaan, tetapi juga di pedalaman, desa-desa yang kita anggap masih terpencil, semua sudah terjamah teknologi salah sasaran. Tak jarang saat saya pulang ke kampung halaman mendengar kabar miris bahwa si Fulan marriage by accident.
Betapa sering kita melihat berita di tv tentang pemerkosaan, pencabulan anak dibawah umur, dan aneka kejahatan seksual lainnya yang sungguh ngeri membayangkan. Kejadian itu semakin dekat dengan kita. Jangan sampai kita terlena dengan hal-hal duniawi dan melupakan tugas utama kita yang sesungguhnya.
Ayo Bu..
Bangun...
Sadar Bu...
Handphone dan TV menurut saya salah dua sebab yang menjadikan generasi muda kita lemah secara psikis. Fungsi kedua benda tersebut telah bergeser. Olehnya itu, tugas kita sebagai orangtuanya agar jeli melihat kondisi. Jangan biarkan anak terlalu memiliki privasi dengan kedua benda itu. Bukan berarti memutuskan hubungan dengan TV dan Hp ya, akan tetapi memahamkan anak tentang menggunakan Hp dan TV sesuai fungsinya.
Jangan biarkan anak kita begitu dini terpapar hp dengan dalih menonton video edukasi. Atau membiarkan anak menonton TV tanpa kontrol.
Mulai luangkan waktu untuk bermain. Sebab permainan terbaik yang dilakukan oleh anak adalah bermain dengan orangtuanya. Melalui permainan pun kita bisa menyisipkan nilai-nilai, tata cara pergaulan, dan cara menjaga diri dari kerasnya pergaulan di dunia luar.
Mari kita jaga anak-anak kita. Perkuat pondasi dari rumah sebelum dilepaskan ke lingkungan luar. Perkuat bonding ayah dan ibu, pererat hubungan kekeluargaan.
Ayah dekatkan ke anak perempuan agar sang anak tak mudah tergoda bujuk rayunya lelaki. Sedangkan Ibu dekat ke anak lelaki, agar sang anak tahu cara menghargai perempuan.
Rumah memang tempat terbaik untuk melindungi anak, namun mereka tak selamanya berada di rumah. Ayah dan ibu ambillah kembali peran-peran yang pernah diserahkan kepada nenek, kakek, pengasuh, day care, play group, TK, bahkan sekolah. Mereka hanyalah sarana penunjang, bukan yang utama.
Sebab di akhirat kelak, yang akan ditanya adalah kita, orangtua mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)