Sebab berapa banyak permasalahan yg bisa selesai hanya dengan menerapkan komunikasi produktif, dan berapa banyak keluarga yang bermasalah gara2 komunikasi tidak efektif berlangsung.
Al kisah, ada sepasang suami istri yang sudah berumah tangga beberapa waktu lamanya. Suatu hari istri mengeluh karena pisau dapur yg biasa digunakannya terasa tumpul. Hal tersebut membuatnya susah menyelesaikan pekerjaan di dapur secara cepat dan efesien.
Curhatlah istri kepada suami
"Ayah, pisau-pisau ini sudah terlalu tumpul untuk digunakan, coba lihat"
(Padahal maksudnya agar pisau2 tersebut diasah)
"Pisau tumpul itu ya tinggal diasah saja, beres kan" jawab sang suami.
"Kalau begitu, asahkan dong" balas Sang Istri.
"Masa asah mengasah pisau juga gak bisa, dicoba dulu dong" pungkas pak suami.
Akhirnya karena malas berdebat dengan suaminya, istri mengasah pisau tersebut dengan perasaan kesal karena tidak berhasil membujuk sang suami untuk membantunya mengasah pisau. Dia pun menyelesaikan tugas domestiknya hari itu dengan perasaan yang kurang nyaman.
Akibatnya hasil masakannya keasinan ditambah wajahnya yang masam menghiasi suasana makan malam pasangan tersebut.
Dan pisau itu, semakin lama semakin tumpul saja.
Setelah diusut latar belakang pasangan suami istri tersebut, akhirnya muncullah akar permasalahannya.
Rupanya si Istri berasal dari keluarga yang jangankan mengasah pisau, menyiangi ikan saja biasanya dilakukan oleh kaum ayah atau para suami. Sehingga para ibu dan istri hanya bertugas untuk meramu bumbu dan memasak saja. Kebiasaan tersebut akhirnya terbawa hingga si istri hidup berumah tangga, dan berharap suaminya sama seperti para suami dari kerabatnya.
Sedangkan si Suami berasal dari keluarga yang super power. Maksudnya disini, kaum ibu/istrinya jangankan hanya mengasah pisau, mengasah golok, membelah kayu, bahkan turun ke sawah adalah hal biasa.
Mendapati istrinya yang jangankan mengasah golok, mengasah pisau saja yang hanya besi kecil saja perlu bantuan suami, membuatnya heran.
Nah, jadi ketahuan kan, masalahnya apa.
Rupanya mereka berdua belum mengenal lebih jauh tentang pribadi dan keluarga masing-masing. Mereka hanya belajar dari pengalaman di keluarga asalnya.
Akhirnya hanya karena sebuah pisau tumpul, permasalahan bisa merembet kemana-mana.
Nah kan..
Jadi solusinya supaya semakin kenal dan dekat apa dong?
Berbicara, ngobrol, bercerita, apa saja. Saat sarapan ngobrol lah, jangan biarkan teh hangat ikut- ikutan dingin dalam suasana yang mencekam.. hihihi..
Saat tea time di sore hari bolehlah disampaikan ke pasangan uneg2nya, tapi dengan cara yang sesuai tipe pasangan masing-masing ya.
Semua taulah pasangannya tipenya apa.
Ada yang suka pakai kata-kata romantis plus hiperbola, ada yang langsung to the point, atau ada juga yang biasanya butuh kata pengantar dulu seperti buku-buku cetak.. hahaha..
Maaf.. maaf.. kebablasan...
Yaa.. jadi sebelum masalah berlarut-larut yuk kita asah pisau masing-masing.
Eh bukan...
Yuk belajar berkomunikasi produktif dengan anggota keluarga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar