Kamis, 14 April 2016

My Uncle My Idol

Tulisan ini kudedikasikan kepada seorang paman saya, yang padanya sy banyak belajar dan banyak bermimpi.

Sewaktu sy masih kecil tokoh idola saya adalah kakek Zainuddin tercinta. Sosoknya yg penyabar, santun, dekat dengan kami cucu2nya tanpa mengurangi wibawa beliau.
Sy bersyukur, diberi waktu oleh Allah meski hanya sedikit, untuk mengenal beliau. Bahkan kenangan2 manis bersama beliau hingga saat ini masih segar diingatan meskipun saat itu sy baru berusia 6 atau 7 tahun. Mengupaskan mangga, menemani bermain, membersihkan kulit kacang goreng..
Ahh.. betapa kurindukan engkau kek..

Bahkan sy dan adik saya rela di bully paman2 kami yg saat itu masih SMP dan SMA, diusili, dikerjain, disuruh ini itu, sampai dibuat nangis, gak membuat kami jera untuk berkunjung ke rumah Nenek, demi untuk menanti kedatangan Kakek tercinta tiap sabtu siang.
Al Fatihah buatmu kakek..

Memasuki usia 8 tahun, tiba2 Allah memanggil kakek kami dengan sangat mendadak...

Sy merasa kehilangan idola, tapi itu tak berlangsung lama. Ada seorang uncle saya yg saat itu kuliah di Bogor kota hujan sana, karakter, sifat dan wajahnya menurun dr almarhum kakenda tercinta. Maka beralihlah kekaguman saya kepadanya.

Masuk SMP, masuk SMA, hingga kuliah, beliaulah yg menjadi role model saya. Belajar dengan tekun, agar bisa mengikuti jejaknya kuliah di tanah Jawa, belajar ke benua Amerika, hingga menuntut ilmu ke Eropa. Namun apa daya, bapak tidak mengizinkan untuk kuliah jauh.

Sy tahu, semua itu tidak dicapai dengan mudah. Perlu usaha yg keras dan doa yg tak putus.

Banyak ujian yg terhampar, cobaan yang mendera, tapi dia selalu setegar karang menghadapinya.
Sabar dan tekun kuncinya..

Kini, uncle kami itu masih berkutat dengan ujian2 hidup, cobaan2, dan kesuksesan-kesuksesan yg tetap menantinya...

Sy ikut bahagia melihat tawa lepasnya dalam foto2 yg senantiasa dikirimkan kepada kami..
Sy ikut bahagia mendengar kesuksesan demi kesuksesan yg telah diraihnya.

Saya bahagia memiliki uncle Burhanuddin..

*selamat datang kembali di Indonesia..
Setelah tur Turki, Denmark, Dubai dan Afrika Selatan..
Oleh2nya ya...

Sedekah Sarapan

Bismillah...

Kali ini saya akan berbagi salah satu program unggulan keluarga kami, yaitu sedekah sarapan.
Awal munculnya niat ini saat memasuki tahun 2016.

Pergantian tahun merupakan momentum yang tepat untuk membuat resolusi bagi keluarga kami.
Ide ini diinspirasi oleh seorang ibu penjual nasi bungkus keliling. Ketika itu kami sekeluarga keliling kota pagi-pagi. Sambil ngobrol sepanjang jalan tentang berbagai hal, kendaraan sengaja dilambatkan. Tiba-tiba, kami melihat seorang ibu penjual nasi bungkus keliling yang menuntun sepedanya  membagikan nasi bungkus kepada beberapa tukang becak yang mangkal menunggu penumpang.

Di situlah kemudian terbersit niat untuk melakukan hal yang sama. Alhamdulillah direspon positif  dan antusias oleh Abi. Mulailah kami menyusun konsepnya.

Program ini kami dilakukan sekali sepekan, yaitu hari Jum'at. Kami memilih Jum'at karena hari tersebut memiliki banyak keutamaan.
Selanjutnya, kami memilih sarapan bukan makan siang atau makan malam. Bukan juga berbagi dengan uang tunai, karena kami mengganggap, sarapan adalah modal tenaga di awal waktu.
Sasarannya juga tentu sudah terseleksi, artinya orang-orang yang akan menerima adalah mereka yg berangkat pagi atau subuh dari rumahnya, melawan rasa kantuk, malas, dan sebagainya. Untuk beraktivitas atau menjalankan tugas, yang kemungkinan belum sarapan karena tugasnya pagi-pagi harus tuntas.

Setelah persiapan cukup, mulailah Jumat pertama di awal tahun 2016, kami sekeluarga bersiap.
Pertama-tama mencari penjual nasi bungkus (idealnya sih masak sendiri, tapi belum sanggup..😊). Kemudian menelusuri jalanan yang masih lengang, bertemu dan berbagi dengan petugas penyapu jalanan, tukang sampah, tukang becak, beberapa pemulung, dsb. Sambil menyampaikan kepada Aira, anak kami  tentang indahnya berbagi, tentunya dengan bahasa anak-anak, meskipun dia mendengar dengan mata sayu karena masih ngantuk, semoga alam bawah sadarnya merekam dan menyimpannya..

Selain bertujuan sebagai bahan edukasi untuk anak2 kami, Sedekah Sarapan juga merupakan wujud apresiasi kami bagi siapapun yang subuh hari sudah meninggalkan  rumah untuk beraktivitas atau menjalankan tugas.

Tulisan ini dibuat bukan bermaksud untuk pamer, ataupun Riya (semoga Allah menjaga kami dari sifat riya). Justru kami berharap semoga tulisan ini bisa menginspirasi agar melahirkan ide-ide kreatif atau menjadi penyemangat bagi yg ingin melakukan kebajikan.

Belajar dari kisah ibu penjual nasi bungkus tadi, beliau saja seorang penjual nasi bungkus mau berbagi dengan sesama, apalagi kita yang... (silahkan isi sendiri 😉)
Sebab ada iri/cemburu/hasad yg dibolehkan dalam agama yakni:

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816]

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

“Tidak boleh iri kecuali terhadap dua (jenis manusia): seseorang yang Allah ajarkan kepadanya Al Qur`an, lalu dia membacanya di sepanjang malam dan siang, lalu tetangganya mendengarnya dan berkata: ‘Seandainya aku diberikan (kemampuan membaca Al Qur`an) sebagaimana yang telah diberikan (Allah) kepada si Fulan sehingga aku dapat melakukan seperti apa yang dia lakukan.’ ; dan seseorang yang Allah berikan kepadanya harta, lalu dia menafkahkannya di dalam kebenaran, lalu ada seseorang yang berkata: ‘Seandainya aku diberikan (harta) sebagaimana yang telah diberikan (Allah) kepada si Fulan sehingga aku dapat melakukan seperti apa yang dia lakukan.” [HR Al Bukhari (5026)]

Dan sungguh, saat  melihat ibu penjual nasi bungkus itu bersedekah, saya iri...
Semoga pahala kebaikan tercurah padanya..

Dan semoga kami istiqomah menjalankan program ini, dan menjadi pemberat timbangan amal kami di Yaumul Hisab kelak...
Aamiinnn...