Minggu, 04 Maret 2018

Kamu Mantan Siapa?

A : "Kamu mantanmu yang mana, yang baju garis-garis itu ya?"
B : "Bukan itu, yang baju merah"
A : "Pacaran mako lagi sama dia"

Saya tertegun sesaat, ditengah riuh rendah suara pengunjung kolam pagi tadi saat mendengar percakapan itu.
Bukan hanya karena tema yang tidak biasa, tapi juga karena mereka masih anak-anak. Kalau saya tebak mereka sekitar kelas 3 atau 4 SD.

Hah.. anak SD?
Iya Bu, anak SD sekarang bahasannya bukan "kamu mau main apa?" Tapi sudah melonjak drastis menjadi "kamu mantannya siapa?"
Dan itu terjadi di sekeliling kita, disekitar kita, dekat sekali dari rumah kita, dari lingkungan kita.

Pergaulan bebas alias pacaran sudah bukan barang tabu di masyarakat. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang  lumrah dan 'keren'. Bukan hanya diperkotaan, tetapi juga di pedalaman, desa-desa yang kita anggap masih terpencil, semua sudah terjamah teknologi salah sasaran. Tak jarang saat saya pulang ke kampung halaman mendengar kabar miris bahwa si Fulan marriage by accident.


Betapa sering kita melihat berita di tv tentang pemerkosaan, pencabulan anak dibawah umur, dan aneka kejahatan seksual lainnya yang sungguh ngeri membayangkan. Kejadian itu semakin dekat dengan kita. Jangan sampai kita terlena dengan hal-hal duniawi dan melupakan tugas utama kita yang sesungguhnya.

Ayo Bu..
Bangun...
Sadar Bu...

Handphone dan TV menurut saya salah dua sebab yang menjadikan generasi muda kita lemah secara psikis. Fungsi kedua benda tersebut telah bergeser. Olehnya itu,  tugas kita sebagai orangtuanya agar jeli melihat kondisi. Jangan biarkan anak terlalu memiliki privasi dengan kedua benda itu. Bukan berarti memutuskan hubungan dengan TV dan Hp ya, akan tetapi memahamkan anak tentang menggunakan Hp dan TV sesuai fungsinya.
Jangan biarkan anak kita begitu dini terpapar hp dengan dalih menonton video edukasi. Atau membiarkan anak menonton TV tanpa kontrol.

Mulai luangkan waktu untuk bermain. Sebab permainan terbaik yang dilakukan oleh anak adalah bermain dengan orangtuanya. Melalui permainan pun kita bisa menyisipkan nilai-nilai, tata cara pergaulan, dan cara menjaga diri dari kerasnya pergaulan di dunia luar.

Mari kita jaga anak-anak kita. Perkuat pondasi dari rumah sebelum dilepaskan ke lingkungan luar. Perkuat bonding ayah dan ibu, pererat hubungan kekeluargaan.
Ayah dekatkan ke anak perempuan agar sang anak tak mudah tergoda bujuk rayunya lelaki. Sedangkan Ibu   dekat ke anak lelaki, agar sang anak tahu cara menghargai perempuan.

Rumah memang tempat terbaik untuk melindungi anak, namun mereka tak selamanya berada di rumah. Ayah dan ibu ambillah kembali peran-peran yang pernah diserahkan kepada nenek, kakek, pengasuh, day care, play group, TK, bahkan sekolah. Mereka hanyalah sarana penunjang, bukan yang utama.

Sebab di akhirat kelak, yang akan ditanya adalah kita, orangtua mereka.

1 komentar:

  1. Subhaanallaah.. semoga Allah jaga hati anak-anak kita. Teguhkan mereka dalam iman dan ketaqwaanNya.

    BalasHapus