Selasa, 24 April 2018

Akhlak yang Wangi


Menjadi keluarga homeschooler salah satu tujuannya ingin menaruh harapan pada anak.
Berharap anak menjadi anak yg berakhlaq mulia, beradab yang ihsan, bertutur sopan, beribadah yang benar, dan sederet kebaikan yang selalu diimpikan oleh seluruh orangtua di muka bumi ini.

Namun itu semua tak bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Membutuhkan perjalanan panjang dan berliku. Terkadang terantuk batu, ketemu jurang, berjumpa taman bunga nan wangi, atau tertusuk kerikil tajam. Teruslah berjalan, hingga bertemu telaga kautsar-Nya.

Malam ini kami bertemu taman bunga yang wangi InsyaAllah.

Saat mempersiapkan makan malam, saya melihat masih ada sisa nasi kotak diatas meja yang dibawa Abi pulang dari kampus. Isinya masih tersisa sebagian. Sambil  bertanya ke Aira.
"Kak, enak menunya nih."
"Iya ummi, banyak juga. Ada sate, telur, acar, rawon, ayam, sambel goreng"
"Tapi kok gak habis?"
"Karena banyak sekali ummi, ini mau saya makan lagi".

"Tadi toh ummi saya coba dulu, tapi kayak gak enak. Tapi kan gak boleh mencela makanan jd diamja. Terus sy suruh adek coba. Nabilang gak enak." jelasnya kemudian.
"Trus kenapa mau dimakan lagi?" Saya bertanya, penasaran.
"Karena gak boleh mubassir ummi." Jawabnya tegas.

Kemudian pembicaraan terus berlanjut hingga selesai makan malam.

"Kak, sudah hafal hadist ke-8 gak, pendekji, ummi sudah hafal."
"Belum." Sambil melirik hadist yg tertempel di meja makan.
"Layadkhulul jannata quttaatun, artinya: Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba orang lain. (HR. Bukhari & Muslim)"
Kk membaca dengan suara yang nyaring.
"Tahu gak, mengadu domba itu apa?" Tanyaku memancing.
"Hmmm, gak tau umm."
"Jadi mengadu domba itu seperti ini, ada A berteman dengan B, trus ada C yang mendekati A dan membicarakan keburukan B kepada si A. Terus, di C juga membicarakan keburukan si A kepada B dan mengajak si B untuk memusuhi A. Nah, si C itu sedang mengadu domba si A dan B. Akhirnya A dan B menjadi musuh karena diadu domba oleh si C."
(Supaya mudah, sy gantu A, B dan C menjadi nama Aira dan teman-temannya)

"Iya ummi, sekarang sy gak mau berteman sama si Fulanah."
"Kenapa?" Tanyaku menyelidik
"Karena akhlaknya tidak bagus umm, masa sholat saja dipertengkarkan."

Dan mengalirlah curhatnya malam itu, sambil sesekali saya kasi saran.

Ada bahagia yang membuncah di dada malam ini, menikmati percakapan dengan kk Aira.
Tapi perjalanan kami tak selalu bertemu bunga. Terkadang Kakak Aira masih sering malas-malasan jika disuruh sholat, ataupun beberapa kali mencoba tidak jujur, agar terhindar dari kemarahan saya.

Namun kami tetap optimis membersamai mereka, menumbuhkan fitrah yang telah terinstal dalam jiwa mereka. Meskipun beberapakali kami sering menghambat fitrah itu. Kami dan anak-anak dalam proses bertumbuh dan belajar.

Kami yakin, suatu hari nanti akan ada buah yang manis dan berkah dari benih yang dipupuk dengan cinta dan keimanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar